Dulu, entah berapa kali, dalam berbagai acara pertemuan di rumah Pak Mintardjo di Leiden, saya tahu, saya lihat, ada seorang wanita setengah baya mengantar makanan ... wanita ini tidak mengikuti acara yang berlangsung, dia selalu langsung pamit dan pergi lagi ... sampai suatu ketika, entah tahun berapa, di pelataran parkir setasiun NS Leiden Centraal, Teh Meira datang membawa makanan, diserahkan pada Kang Budi (Kurniawan Saefullah), untuk jamuan di acara pertemuan di rumah Pak Mintardjo ... Kang Budi berkata: Wa perkenalkan, ini Teh Meira, kakaknya Rieke Diah Pitaloka ... nama Rieke Diah Pitaloka mah saya kenal, politikus PDIP, yang rajin membela kaum buruh, orang kecil ... aktif berjuang menegakkan HAM ... sejak itu cukup sering jumpa di berbagai acara, lalu saling berkunjung ke rumah masing-masing ... setiap jumpa, kami ngobrol hangat ... tentu, latar belakang sesama orang Sunda membuat kami cepat merasa akrab ... tapi, mungkin kesamaan perjalanan hidup, sama-sama mengalami masa-masa sulit setelah peristiwa G30S tahun 1965 membuat kami merasa senasib ... pembicaraan kami rasanya tidak pernah tentang dendam atau kebencian, tapi lebih pada aspek sedih dan duka, bahwa peristiwa sedemikian ganas dan keji pernah terjadi di negeri kita ... mungkin, dalam batas-batas yang bisa kami lakukan, kami ingin ikut berusaha, agar tragedi seperti itu tidak pernah terjadi lagi di negeri kita ... selamat jalan Teh Meira ... inna lillahi wa inna ilaihi rojiun ... Teh Meira orang baik, tentu Allah swt sayang padamu dan menyediakan tempat yang layak bagimu di alam sana ...
